Home Internasional AS Bombardir Fasilitas Nuklir Iran: Akankah Perang Dunia 3 Segera Dimulai
Internasional

AS Bombardir Fasilitas Nuklir Iran: Akankah Perang Dunia 3 Segera Dimulai

AS serang 3 fasilitas nuklir Iran, picu ketegangan global. Iran siaga balas, sekutu melemah, dunia waspada risiko perang skala besar. Simak peta konflik lengkapnya.

Share
AS Bombardir Fasilitas Nuklir Iran: Akankah Perang Dunia 3 Segera Dimulai
Share

Ketegangan global meningkat tajam setelah Amerika Serikat secara resmi terlibat langsung dalam konflik Timur Tengah dengan melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran. Langkah ini memicu reaksi keras dari Teheran, yang menilai tindakan Washington telah melampaui batas dan berisiko memperluas konflik menjadi skala global.

Serangan yang menggunakan rudal dan bom bunker buster seberat 30.000 pon itu menghantam fasilitas pengayaan uranium di Fordo, Natanz, dan situs nuklir di Isfahan. Menurut laporan Organisasi Energi Atom Iran, fasilitas-fasilitas tersebut mengalami kerusakan parah, meskipun tidak terdeteksi kontaminasi radioaktif secara langsung.

Pentagon menyebut serangan itu menimbulkan “kerusakan dan kehancuran yang sangat signifikan dan berkelanjutan”. Juru bicara militer Israel, Effie Defrin, juga menyatakan bahwa “kerusakannya hebat”. Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan, “Kami sangat dekat untuk mencapai tujuan kami,” mengacu pada upaya Israel menghentikan ambisi nuklir Iran.

Sekutu Iran: Siapa yang Akan Berdiri Bersama Teheran?

Iran kini menghadapi dilema besar: membalas serangan secara mandiri atau bersama aliansi militernya. Meski kekuatan jaringan sekutu Iran saat ini dinilai tidak sekuat sebelumnya, beberapa kelompok dan negara masih berpotensi mendukung Teheran. Berikut daftar sekutu utama Iran:


1. Hizbullah (Lebanon)

Kelompok milisi Syiah ini adalah mitra militer dan ideologis utama Iran. Meski kekuatannya menurun akibat perang dua tahun dengan Israel, Hizbullah tetap menjadi kekuatan bersenjata non-negara yang signifikan di Lebanon.

2. Houthi (Yaman)

Didukung Iran dalam konflik Yaman, kelompok Houthi memiliki kekuatan tempur besar dan aktif menyerang kepentingan AS serta Arab Saudi. Mereka diperkirakan siap bertindak bila Iran dalam tekanan besar.

3. Kelompok Milisi di Irak

Iran mengendalikan dan memengaruhi sejumlah kelompok milisi di Irak, dengan total kekuatan sekitar 200.000 personel. Meski terdesentralisasi, kekuatan ini masih tangguh dalam konteks konflik regional.

4. Hamas (Palestina)

Meski telah melemah secara militer akibat gempuran Israel, Hamas tetap menjadi bagian dari jaringan dukungan Iran. Pengaruh politik dan ideologisnya di Gaza dan Tepi Barat menjadikan kelompok ini tetap relevan.


Namun demikian, beberapa pengamat menyatakan bahwa jaringan sekutu Iran saat ini jauh lebih lemah dan longgar dibandingkan sebelumnya. Andreas Krieg dari King’s College London menyebut, “Iran bukan lagi benar-benar ‘poros’, melainkan jaringan longgar di mana setiap pihak sibuk dengan kelangsungan hidupnya sendiri.”

Peneliti Timur Tengah dari Universitas Nasional Australia, Ian Parmeter, menyatakan, “Iran berada dalam kondisi terlemahnya dalam lebih dari 40 tahun. Tidak ada sekutunya yang mampu mendukungnya seperti dulu.”

Kondisi makin memburuk setelah rezim Bashar al-Assad di Suriah runtuh menyusul dua bulan perang antara Israel dan Hizbullah. Kehilangan Suriah, yang selama ini menjadi jalur logistik utama Iran, dianggap sebagai pukulan telak.


Opsi Strategis dan Dukungan Global

Meski jaringan sekutunya melemah, Iran masih memiliki sejumlah opsi strategis:

  • Melancarkan serangan rudal balistik ke pangkalan militer AS di kawasan Teluk Persia.
  • Menutup Selat Hormuz, jalur vital bagi perdagangan minyak global, yang dilewati sekitar 20 persen pasokan minyak dunia.

Di sisi diplomatik, Iran telah berusaha menjalin kembali hubungan dengan kekuatan regional seperti Arab Saudi dan Mesir. Namun, menurut peneliti Ali Mamouri dari Universitas Deakin, dukungan militer dari negara-negara ini sangat kecil kemungkinannya, mengingat kedekatan mereka dengan AS dan keengganan terhadap eskalasi konflik.


Dukungan Rusia dan Tiongkok: Hanya di Level Diplomatik

Dari sisi global, Iran masih mendapat dukungan diplomatik dari Rusia dan Tiongkok. Kedua negara mengutuk serangan AS dan Israel serta menolak langkah Dewan Keamanan PBB terhadap Teheran. Namun, baik Moskow maupun Beijing menunjukkan keengganan untuk terlibat secara militer:

  • Rusia masih fokus pada konflik Ukraina dan menjaga hubungan pragmatis dengan pemerintahan Trump.
  • Tiongkok secara historis menghindari keterlibatan militer langsung di Timur Tengah.

Ian Parmeter menyimpulkan, “Inilah alasan mengapa Pasukan Pertahanan Israel dapat melancarkan serangan ke Iran sekarang. Tidak ada intervensi langsung dari kekuatan besar dunia.”


Menuju Skenario Global

Dengan meningkatnya eskalasi dan belum adanya mekanisme penurunan ketegangan yang efektif, risiko konflik meluas menjadi perang global sangat nyata. Meski belum dapat disebut sebagai Perang Dunia ke-3, perkembangan di Timur Tengah bisa menjadi titik api bagi keterlibatan kekuatan besar dunia secara lebih luas.

Situasi ini menempatkan kawasan dan dunia dalam kondisi yang sangat genting—dengan masa depan yang tidak pasti.(*)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

AS Setujui Tarif 19% untuk RI, Prabowo Beli 50 Boeing 777 sebagai Kompensasi Dagang

V-Today, INTERNASIONAL — Hubungan dagang Amerika Serikat dan Indonesia kembali mencair setelah...

Israel Gempur Sweida, Suriah Selatan Memanas Lagi! Netanyahu Ancam Tak Biarkan “Lebanon Kedua”

V-Today, INTERNASIONAL – Ketegangan di Suriah selatan kembali memanas setelah Israel meluncurkan...

Pemimpin Kristen Kecam Serangan Pemukim Israel ke Situs Suci

V-Today, Internasional – Pemimpin-pemimpin gereja Kristen mengecam serangkaian aksi kekerasan yang dilakukan...

Trump Ultimatum Rusia Beri Pajak Tarif 100%

V-Today, Internasional – Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (14/7/2025) mengeluarkan...