V-Today, INTERNASIONAL – Kota Kyiv, Ukraina, kembali diguncang serangan udara besar-besaran pada Jumat pagi (waktu setempat). Serangan ini menjadi yang terbesar sejak invasi Rusia dimulai, hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang tidak membuahkan kemajuan gencatan senjata.
Serangan Terbesar Sejak 2022: 539 Drone dan Rudal
Menurut laporan militer Ukraina, Rusia meluncurkan:
-
539 unit drone dan rudal
-
476 di antaranya berhasil ditembak jatuh
-
11 rudal jelajah dan balistik berhasil dihalau
-
60 drone Rusia dijatuhkan oleh drone interseptor Ukraina
Akibat serangan selama 13 jam tersebut, sedikitnya 1 orang tewas dan 23 orang luka-luka, serta sejumlah bangunan dan rel kereta rusak. Konsulat Polandia juga terkena dampak.
Malam Mencekam di Kyiv: “Yang Terburuk Sejauh Ini”
Warga Kyiv dilaporkan menghabiskan malam di stasiun bawah tanah dan parkiran sebagai tempat perlindungan. Suara ledakan dan dengungan drone terdengar sepanjang malam.
Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menyebut malam itu sebagai “benar-benar mengerikan.” Presiden Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa serangan ini adalah “salah satu serangan udara paling masif” yang pernah terjadi.
Zelensky juga menyinggung bahwa serangan dimulai bersamaan dengan pemberitaan soal telepon Trump dan Putin, mengisyaratkan bahwa Rusia tidak serius ingin mengakhiri perang.
Percakapan Trump-Putin Gagal: “Tidak Ada Kemajuan”
Presiden Donald Trump melakukan panggilan hampir 1 jam dengan Putin pada Kamis malam. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan:
“Kami berbicara tentang banyak hal, termasuk Iran dan perang dengan Ukraina. Tapi apakah ada kemajuan? Tidak.”
Trump juga mengaku “sangat kecewa” karena Putin tidak menunjukkan itikad untuk menghentikan perang.
Kremlin, melalui juru bicara Dmitry Peskov, mengatakan mereka “memperhatikan dengan saksama” komentar Trump, namun menegaskan Rusia tetap pada tujuan strategisnya, termasuk melalui jalur diplomatik.
Warga Kyiv Salahkan Trump: “Ia Tidak Membantu”
Beberapa warga Kyiv terang-terangan menyalahkan Donald Trump atas eskalasi kekerasan yang terjadi:
“Trump sama sekali tidak membantu. Dia bahkan menghentikan pengiriman senjata. Serangan ini bukti kegagalannya,” kata Yuriy, warga Kyiv.
“Putin hanya paham kekuatan. Tapi Trump tidak menunjukkan itu,” ujar Yulia Ryzhkova.
Trump diketahui menghentikan sementara pengiriman senjata ke Ukraina, termasuk rudal pertahanan udara, sebagai bagian dari peninjauan ulang anggaran pertahanan dalam negeri AS.
Ukraina Hadapi Ancaman Serangan 1.000 Drone per Hari
Komandan Pasukan Sistem Nirawak Ukraina memperingatkan bahwa berdasarkan intelijen militer, serangan drone Rusia bisa mencapai 1.000 unit per hari jika tidak ada dukungan lebih lanjut dari sekutu seperti AS.
Padahal sejak 2022, Amerika Serikat merupakan penyumbang bantuan militer terbesar bagi Ukraina. Namun, dengan Trump kembali berkuasa, keberlanjutan bantuan ini kini dipertanyakan.
Kyiv Jadi Simbol Gagalnya Diplomasi?
Serangan udara brutal yang terjadi tepat setelah panggilan Trump–Putin mempertegas bahwa jalur diplomatik saat ini belum mampu menghentikan agresi Rusia. Kekecewaan warga Ukraina terhadap Trump semakin membesar, terutama setelah pemotongan bantuan militer.
Sementara itu, Ukraina menghadapi ancaman ekskalasi baru dengan serangan drone dan rudal yang semakin intens dan sistematis.(red/AL)
2 Comments