CEO Nvidia ungkap bahwa “AI Fisik” akan jadi gelombang berikutnya. Dunia butuh AI yang paham gesekan, gravitasi, dan sebab-akibat.
V-Today, TEKNOLOGI — Jika kembali jadi mahasiswa di tahun 2025, Jensen Huang tak akan belajar software. Alih-alih, CEO Nvidia ini mengaku akan fokus ke ilmu fisika dan sains alam.
Pernyataan ini ia sampaikan saat berkunjung ke Beijing, Rabu (17/7). Saat ditanya oleh wartawan tentang apa yang akan ia pelajari jika kembali menjadi anak muda berusia 22 tahun dengan ambisi yang sama, Huang menjawab:
“Jensen muda di usia 20 tahun hari ini kemungkinan akan memilih ilmu fisika, bukan ilmu software.”
Huang sendiri lulus kuliah di usia 20 tahun. Ia meraih gelar teknik elektro dari Oregon State University pada 1984, lalu menyelesaikan S2 di Stanford University.
Pada 1993, Huang bersama dua rekannya mendirikan Nvidia hanya bermodalkan ide dan obrolan di restoran Denny’s, San Jose. Kini, Nvidia menjadi perusahaan paling bernilai di dunia, menembus kapitalisasi pasar $4 triliun pekan lalu.
Dalam forum teknologi di Washington DC, Huang membagi perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam empat gelombang:
-
Perception AI: Era awal saat mesin mulai bisa melihat dan mengenali gambar. Dimulai sekitar 2012 lewat proyek AlexNet.
-
Generative AI: AI mulai bisa memahami dan menghasilkan bahasa, gambar, dan kode.
-
Reasoning AI: Saat ini, AI bisa memecahkan masalah dan mengambil keputusan lewat logika dan konteks baru.
-
Physical AI: Inilah masa depan menurut Huang. AI harus memahami hukum fisika, gesekan, gravitasi, dan sebab-akibat.
AI fisik akan membantu mesin memahami permanensi objek (bahwa benda tetap ada meski tak terlihat), menghitung kekuatan saat menggenggam, atau memperkirakan arah bola akan bergulir.
“Saat AI fisik dimasukkan ke dalam objek nyata bernama robot, kita akan punya sistem robotik yang sesungguhnya,” ujar Huang.
Teknologi ini akan sangat penting untuk mendukung pembangunan pabrik baru di AS dan mengatasi krisis tenaga kerja global.
Pesan Huang untuk generasi muda jelas:
Masa depan teknologi bukan cuma soal software, tapi bagaimana mesin bisa mengerti dunia nyata.
Ilmu fisika dan sains alam akan jadi kunci menghadapi revolusi industri selanjutnya.
Leave a comment