PBB menyatakan Gaza telah memasuki ambang kelaparan dengan ribuan anak alami malnutrisi akut. Setiap hari, korban tewas akibat kelaparan terus bertambah.
V-Today, INTERNASIONAL – Gaza kini menghadapi skenario terburuk kelaparan, menurut peringatan terbaru badan PBB dan ahli ketahanan pangan dunia yang tergabung dalam IPC (Integrated Food Security Phase Classification).
Dalam laporan daruratnya, IPC menyebut ada bukti kuat meningkatnya kelaparan, malnutrisi, dan penyakit yang menyebabkan kematian terkait kelaparan di Gaza, wilayah yang dihuni lebih dari 2,1 juta penduduk Palestina.
“Data terbaru menunjukkan ambang kelaparan untuk konsumsi makanan telah terlampaui di sebagian besar wilayah Gaza, serta ambang malnutrisi akut di Kota Gaza,” bunyi laporan IPC.
Anak-Anak Meninggal karena Malnutrisi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 63 kematian terkait malnutrisi hanya dalam bulan Juli, termasuk 24 anak di bawah usia lima tahun. Tubuh korban menunjukkan gejala busung lapar berat.
Sementara itu, lebih dari 20.000 anak dilaporkan menderita malnutrisi akut antara April hingga pertengahan Juli, dengan lebih dari 3.000 dalam kondisi parah.
WHO: Kasus Malnutrisi di Gaza Sangat Berbahaya, Kematian Melonjak Tajam
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan dunia sedang menyaksikan bencana kemanusiaan yang nyata:
“Ini bukan lagi peringatan. Ini adalah kenyataan. Bantuan yang masuk harus berubah dari tetesan menjadi gelombang. Makanan, air, obat, dan bahan bakar harus mengalir tanpa hambatan,” ujarnya.
PBB menegaskan kelaparan ini adalah buatan manusia, menyalahkan blokade Israel yang membatasi masuknya bantuan ke Gaza. Meski Israel menyatakan tidak ada pembatasan dan menyangkal adanya kelaparan, kenyataan di lapangan menunjukkan hal berbeda.
Menurut standar IPC, sebuah wilayah dikategorikan mengalami kelaparan jika:
-
20% rumah tangga mengalami kelangkaan makanan ekstrem (fase 5),
-
30% anak menderita malnutrisi akut,
-
Dua kematian per 10.000 penduduk per hari akibat kelaparan.
Gaza kini telah melampaui dua dari tiga indikator tersebut.
Warga Gaza mengaku hampir tak melihat perbaikan sejak Israel menjanjikan pelonggaran akses bantuan.
“Anak-anak saya belum makan satu kali pun dalam dua hari,” kata Bakr Salah, perawat di Rumah Sakit al-Shifa, kepada BBC. “Kami dengar bantuan datang, tapi tak pernah melihatnya.”
Di Kota Khan Younis, Bilal Atallah terpaksa membeli tepung dari penjarah yang mencuri dari truk bantuan. Harga 1 kg tepung mencapai $35, angka yang mustahil dibayar sebagian besar warga.
WFP dan UNICEF memperingatkan bahwa lebih dari 62.000 ton bantuan dibutuhkan setiap bulan untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar penduduk Gaza. Itu setara dengan sekitar 3.100 truk. Namun, yang masuk hanya “setetes kecil”.
Meski Israel mengklaim telah mengizinkan 5.000 truk bantuan dalam dua bulan terakhir dan membuka “koridor kemanusiaan”, distribusi tetap kacau. PBB menyebut banyak truk dibajak warga sipil yang putus asa.
IPC belum secara resmi menyatakan Gaza mengalami kelaparan (famine), karena itu hanya bisa diumumkan setelah analisis komprehensif selesai. Namun para pakar menegaskan: “Menunggu deklarasi resmi sebelum bertindak adalah hal yang tidak manusiawi.”
WFP menegaskan:
“Rakyat Gaza sudah mulai meninggal karena kelaparan. Kita harus segera banjiri Gaza dengan bantuan pangan skala besar.”
Leave a comment