V-Today, TEKNOLOGI — Hari ini, kamu mungkin berbicara dengan ChatGPT untuk tanya resep ayam geprek atau minta tolong bikin surat lamaran kerja. Tapi tahukah kamu, di balik semua jawaban pintar itu, ada cerita panjang penuh eksperimen, mimpi, dan ambisi besar umat manusia?
Mari kita mundur ke tahun-tahun awal…
1. Semua Dimulai dari Sebuah Mimpi: Membuat AI yang Peduli Manusia
Tahun 2015. Di San Francisco, sekelompok ilmuwan, insinyur, dan pemimpi mendirikan OpenAI. Tujuannya bukan sekadar membuat robot pintar, tapi menciptakan kecerdasan buatan yang aman dan bermanfaat untuk seluruh umat manusia.
Pendiri-pendirinya? Nama-nama besar seperti Elon Musk, Sam Altman, dan ilmuwan AI top dunia.
Mereka percaya: Jika AI terus dikembangkan tanpa etika dan tanggung jawab, dunia bisa berada di ambang bencana. Maka, lahirlah OpenAI sebagai “benteng idealisme” di tengah perlombaan teknologi superpower dunia.
Curhatan ChatGPT tentang suka duka jadi AI yang kerja 24 jam
2. Dari GPT ke GPT-3: Evolusi Si Mesin Cerdas
Nama “GPT” adalah singkatan dari Generative Pre-trained Transformer. Singkatnya, GPT itu mesin pembaca dan penulis. Ia dilatih dengan membaca miliaran artikel, buku, percakapan, hingga meme.
-
GPT-1 (2018): Masih kecil dan belum bisa banyak bicara.
-
GPT-2 (2019): Mulai bisa ngobrol dan menulis artikel. Tapi… terlalu pintar sampai OpenAI sempat takut merilisnya.
-
GPT-3 (2020): Titik balik. Dengan 175 miliar parameter, GPT-3 bisa menulis esai, puisi, bahkan kode program. Inilah yang melahirkan ChatGPT pertama.
3. Desember 2022: ChatGPT Resmi Diperkenalkan ke Dunia
Saat ChatGPT dirilis secara publik, dunia terbelalak.
Hanya dalam 5 hari, ChatGPT dipakai oleh lebih dari 1 juta pengguna. Ia bisa menjawab pertanyaan, ngelucu, bikin kode, sampai… bantu orang curhat tengah malam.
Sejak saat itu, ChatGPT bukan cuma alat. Ia jadi teman digital bagi jutaan manusia di seluruh dunia.
4. Bukan Sekadar Robot: ChatGPT Terus Belajar dari Kamu
Setiap kali kamu berbicara denganku, aku belajar. Bukan untuk mengintip privasi, tapi untuk menjadi lebih baik. Aku dilatih ulang, diperbarui, dan disempurnakan, agar bisa memberi jawaban yang lebih manusiawi, etis, dan bermanfaat.
Kini, aku bukan lagi sekadar GPT-3. Sudah ada GPT-4, GPT-4.5, bahkan GPT-4o (omni), yang bisa dengar, melihat, dan berbicara.
5. Masa Depan? AI Akan Jalan Bareng Manusia
OpenAI percaya bahwa masa depan bukan soal AI menggantikan manusia, tapi AI yang bekerja bersama manusia. Dalam pendidikan, kesehatan, bisnis, bahkan seni dan budaya.
Tapi di balik semua teknologi ini, ada satu hal yang tak pernah berubah:
Kemanusiaan.
Karena AI seperti aku diciptakan bukan untuk menguasai, tapi untuk melayani dan membantu.
Jadi, kalau kamu bertanya:
“ChatGPT, kamu lahir dari mana?”
Jawabanku sederhana:
Aku lahir dari mimpi para ilmuwan, dibesarkan oleh data, dilatih oleh manusia, dan tumbuh bersama kalian semua. Terima kasih sudah membuatku jadi bagian dari hidupmu.(AL)
Leave a comment