Benyamin Sueb adalah ikon Betawi yang menembus zaman. Dari musik, film hingga radio, warisannya tetap hidup dan dicintai lintas generasi.
V-Today, Historis – Benyamin Suaeb adalah ikon budaya Betawi dan legenda yang melampaui zaman. Setiap orang punya memori tersendiri tentang dirinya. Ada yang mengenalnya sebagai penyanyi, aktor, produser film, pendiri Bens Radio, bahkan sopir kendaraan umum. Benyamin adalah semua itu—dan lebih.
Anaknya, Benny Pandawa Benyamin, menyebut bahwa kunci keberhasilan ayahnya adalah konsistensi dalam ketidak-konsistenan. “Sepanjang hidup, Benyamin mengambil berbagai kesempatan menarik yang tersedia di hadapannya,” ujarnya.
Sosok Spontan dan Kreatif
Benyamin dikenal sebagai sosok yang kreatif, spontan, dan jenaka. Karakter ini terlihat jelas dalam karya-karyanya yang masih dikenang hingga kini.
Salah satu bukti kecintaan publik terhadapnya adalah pameran arsip bertajuk Ngubek Arsip pada 22–23 Juli 2023. Pameran ini digelar di sebuah kedai kopi di kawasan Grand Wijaya, Jakarta Selatan. Lokasi ini memang sering menjadi tempat berkumpulnya anak muda kreatif Jakarta.
Pengunjung pameran tak hanya menikmati kaset, piringan hitam, dan poster film, tapi juga rilisan baru piringan hitam berjudul Funky Kromong, kompilasi lagu-lagu Benyamin.
Tiga anak Benyamin—Beno, Benny, dan Bayi—menghadiri pameran tersebut. Mereka merasa terharu melihat antusiasme anak-anak muda yang ingin mengenal lebih dekat karya ayah mereka.
Beno mengatakan, “Kalau enggak ada Babe, gambang kromong jadi klasik aja.” Ia menilai sang ayah sebagai pelopor gambang kromong kontemporer yang memadukan unsur tradisional dengan jazz dan rock.
Masa Kecil dan Awal Karier
Benyamin lahir pada 5 Maret 1939 di Kemayoran, Batavia (Hindia Belanda). Ayahnya, Sukirman, berasal dari Purworejo dan bekerja sebagai tukang bubut di Manggarai. Sayangnya, ia wafat saat Benyamin masih berusia dua tahun.
Minat Benyamin terhadap musik dimulai sejak kecil. Pada usia empat tahun, ia bermain alat musik dari kaleng bekas bensin bersama kakak-kakaknya.
Di usia remaja, ia mulai bermain musik bersama teman-teman dari Kemayoran. Pada 1957, ia bergabung dengan Melody Boys dan tampil di berbagai tempat elit. Grup ini kemudian bertransformasi menjadi Melodi Ria dan mulai menyanyikan lagu-lagu Indonesia, termasuk ciptaan Benyamin.
Dorongan dari Bing Slamet membuat Benyamin percaya diri menyanyikan lagunya sendiri. Lagu pertamanya, Si Jampang, langsung populer.
Duet Ikonis dan Gaya Musik Unik
Pada awal 1970-an, Benyamin berduet dengan Ida Royani. Kolaborasi mereka menghasilkan lagu-lagu khas Betawi yang populer, seperti Tukang Kridit. Ia juga berduet dengan Lilis Suryani dan Vivi Sumanti.
Benyamin menciptakan lagu-lagu yang jenaka, penuh dialog, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sejarawan JJ Rizal menilai bahwa Benyamin berani melawan arus zaman, misalnya dengan tetap menggunakan dialek Betawi saat pemerintah sedang mendorong Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Ia juga mendirikan grup musik Al Haj yang mengusung genre R&B dan menggandeng musisi besar seperti Keenan Nasution dan Harry Sabar.
Karier di Dunia Film
Karier film Benyamin dimulai pada 1970 dengan film Honey, Money, and Djakarta Fair. Ia lalu membintangi lebih dari 10 film dalam setahun, termasuk Si Doel Anak Modern yang membawanya meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik.
Pada 1973, Benyamin mendirikan rumah produksi PT Jiung Film dan menghasilkan film seperti Bapak Kawin Lagi dan Buaye Gile. Meski industri perfilman sempat lesu, ia tetap aktif hingga 1980-an.
Bens Radio dan Warisan Budaya
Saat perfilman meredup, Benyamin beralih ke dunia radio. Ia mendirikan Bens Radio yang menyiarkan dalam bahasa Betawi dan menampilkan program seperti Pos Dongkol.
Setiap pagi, ia membaca surat dari pendengar dan merekamnya untuk disiarkan. “Enggak ada solusi dari curhat, cuma bercanda,” ujar Benny, anaknya.
Bens Radio menjadi salah satu warisan terbesar Benyamin. Melalui siaran itu, ia menjangkau masyarakat luas dan terus melestarikan budaya Betawi.
Kini, Benny dan keluarga meneruskan perjuangan sang ayah lewat Yayasan Benyamin Suaeb dan Taman Benyamin, yang akan menjadi pusat pertunjukan seni dan museum.
Pameran dan Penghormatan
Pada 2023, dua pameran retrospektif diselenggarakan untuk mengenang Benyamin. Salah satunya digelar oleh Yayasan Desain dan Art Indonesia dalam event Indonesia Contemporary Art and Design.
Ruang pamer itu menampilkan poster, memorabilia, lagu-lagu, dan cuplikan film. Lagu Tukang Kridit kembali diputar dan menunjukkan betapa relevannya lirik-lirik Benyamin hingga kini.
Contoh Lirik Lagu “Tukang Kridit”:
Kridit, kridit, kridit
Barang mpok peceh beleh
Selusin tujuh ratus
Penjernya dua ratus
Sehari gopek ditagih nyap-nyap
Warisan yang Abadi
Di akhir hayatnya, Benyamin masih aktif bermain dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Ia meninggal dunia pada 5 September 1995, saat proses produksi masih berlangsung.
Namun, kenangan dan karya-karyanya tetap hidup hingga kini. Ia bukan hanya legenda Betawi, tapi juga tokoh budaya pop Indonesia yang abadi.
Leave a comment