Home Historis Che Guevara Sang Revolusioner yang Juga Seorang Fotografer Jalanan Hebat
Historis

Che Guevara Sang Revolusioner yang Juga Seorang Fotografer Jalanan Hebat

Che Guevara tak hanya dikenal sebagai pejuang revolusi, tapi juga seorang fotografer berbakat. Simak sisi lain Che yang jarang dibahas: kisah kameranya, foto-foto ikonik, dan dokumentasi sejarah dari lensa seorang revolusioner.

Share
Che Guevara dan Fotografi: Dari Medan Perang hingga Candi Borobudur
Share

Ernesto “Che” Guevara dikenal dunia sebagai ikon revolusi Amerika Latin dan simbol perlawanan terhadap imperialisme. Namun, sisi lain dari Che jarang disorot: ia adalah seorang fotografer yang berbakat dan penuh jiwa seni. Di balik seragam militer dan pidato membara, Che adalah pencinta kamera yang tajam menangkap momen dan realitas sosial melalui lensa.

Che lahir pada 14 Juni 1928 di Rosario, Argentina. Sejak kecil, minatnya pada fotografi mulai tumbuh. Dengan meminjam kamera sang ayah, ia belajar memotret lingkungan sekitarnya. Semasa sekolah, ia rutin menyumbang foto untuk majalah sekolah. Fotografi sudah menjadi bagian dari hidupnya, jauh sebelum ia terkenal sebagai revolusioner.

Pada awal 1950-an, Che berpetualang melintasi benua Amerika Latin dengan motor butut bersama sahabatnya, Alberto Granado. Dalam perjalanan itu, Che tidak hanya menyerap kenyataan sosial yang menyedihkan, tetapi juga mendokumentasikannya melalui kamera. Ia sempat bekerja sebagai fotografer lepas untuk koran Agencia Latina di Meksiko dan meliput ajang olahraga Pan American Games 1955.

Namun, penghasilan sebagai fotografer serabutan tak mencukupi. Che pun sempat menjadi tukang foto keliling di taman-taman kota Meksiko. Ia menulis kepada ibunya bahwa separuh hasil fotonya gagal karena kualitas rol film yang buruk—sebuah potret realistis perjuangan hidup seorang muda idealis.

Saat bergabung dengan Gerakan 26 Juli dan bergerilya bersama Fidel Castro di hutan Kuba, Che tetap membawa kameranya. Ia memotret kehidupan para pejuang, wajah rakyat Kuba, dan dinamika di tengah perlawanan. Bahkan setelah Revolusi Kuba menang, Che tetap konsisten memotret, termasuk saat menjabat sebagai Menteri Perindustrian.

Che sering memotret mesin-mesin pabrik, para buruh, serta suasana kerja. Fotografinya merekam denyut pembangunan dan idealisme pascarevolusi. Ia juga membawa kamera dalam kunjungan kenegaraan ke Asia, termasuk India, Jepang, Tiongkok, Vietnam, dan Indonesia.

Saat berkunjung ke Indonesia pada 1959, Che menyempatkan diri mengunjungi Taman Makam Pahlawan Kalibata dan Candi Borobudur. Di Borobudur, ia mengabadikan banyak objek—relief, arsitektur, hingga suasana sekitar. Salah satu foto ikonik menunjukkan Che dan rombongan berpose di pelataran candi.

Mayoritas foto Che tergolong dalam kategori fotografi jalanan (street photography). Ia merekam keseharian rakyat jelata: dari masyarakat India yang hidup berdampingan dengan sapi di trotoar Kalkuta, hingga pekerja miskin di Havana yang berdesakan naik bus. Semua gambarnya berbicara, menyampaikan pesan sosial dan empati.

Beberapa kameranya yang dikenal adalah Nikon S2, Zenit 3M (buatan Soviet), Plaubel Makina, dan Ihagee Exakta. Kamera-kamera itu menemani perjalanan dan perjuangannya, dari Amerika Latin hingga Asia.

Saat Che tewas di Bolivia pada 1967, ditemukan 12 rol film di dekat jenazahnya. Sayangnya, sebagian besar dari karya fotografinya hilang. Hingga kini, Centro de Estudios de Che Guevara hanya berhasil mengumpulkan sekitar 200 foto hasil jepretannya. Meski sedikit, koleksi ini menjadi bukti bahwa Che tak hanya menyuarakan revolusi lewat pidato dan senjata, tapi juga melalui seni visual.

Che Guevara bukan hanya ikon perlawanan, tetapi juga saksi zaman lewat kamera. Fotografi bagi Che bukan sekadar hobi, melainkan alat untuk menyampaikan realitas, ketidakadilan, dan harapan. Melalui fotonya, Che membuktikan bahwa revolusi bisa hidup dalam bidikan kamera—dan ide, seperti katanya, tidak akan pernah bisa dibunuh.

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Kenapa Indonesia 1 Mei Jadi Hari Buruh Sedunia? Ini Sejarah Lengkapnya

1 Mei: Hari Buruh Sedunia dan Akar Sejarahnya Hari Buruh Sedunia atau...

Siapa Penemu Nama Indonesia? Ini Sejarah Lengkapnya

Jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan 1945, nama Indonesia sudah hidup dalam denyut pergerakan...

Akhir Kisah Pandawa: Perjalanan Menuju Surga Setelah Baratayudha

Setelah perang Baratayudha usai, Pandawa berhasil membangun kembali kerajaan Astinapura menjadi negeri...

Pancakawana – Pandawa dalam pengasingan di hutan

Selama 12 tahun, Pandawa bersama Dewi Drupadi menjalani masa pembuangan di hutan...