V-Today, NASIONAL – Duta Besar Rusia untuk Indonesia yang baru dilantik, H.E. Sergei Gennadievich Tolchenov, melakukan kunjungan kehormatan kepada pimpinan Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Ketua BKSAP, Fadli Zon, dan menjadi langkah awal Tolchenov untuk memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rusia.
Dalam pertemuan tersebut, Tolchenov yang menggantikan Duta Besar sebelumnya, Lyudmila Vorobyeva, menyampaikan kegembiraannya dapat kembali ke Indonesia setelah 15 tahun. Ia juga secara resmi mengundang parlemen Indonesia untuk menghadiri Eurasian Women’s Forum yang dijadwalkan berlangsung pada September 2024. Forum ini merupakan wadah penting untuk membahas isu-isu perempuan serta perkembangan kawasan di Eropa dan Asia (Eurasia).
“Kunjungan ini bertujuan utama untuk memperkuat hubungan antara parlemen Indonesia dan Rusia, serta menyampaikan undangan kepada delegasi Indonesia untuk hadir di Eurasian Women’s Forum. Ini menjadi kesempatan penting untuk memperdalam kerja sama dan dialog kedua negara,” ujar Fadli Zon (1/8/2024).
Fadli Zon juga menyampaikan bahwa hubungan antara parlemen Indonesia dan Rusia selama ini telah terjalin dengan baik. Ia mengapresiasi dukungan Rusia terhadap sikap Indonesia di berbagai forum internasional, termasuk dalam Inter-Parliamentary Union (IPU). Sebagai anggota Komite Eksekutif IPU, Fadli menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan berkelanjutan yang diberikan Rusia.
Baca Juga : Fadli Zon: Buku Sejarah Nasional Tidak Bahas Detail Mei 1998
Lebih lanjut, Fadli juga memaparkan keterlibatannya dalam Satgas IPU yang menangani isu Rusia-Ukraina. Ia menyebut bahwa kunjungannya ke Kyiv dan Moskow sebagai bagian dari satgas tersebut merupakan bukti komitmen Indonesia dalam menjalankan kebijakan luar negeri yang aktif dan mendukung perdamaian.
Kunjungan ini diharapkan membuka peluang kerja sama yang lebih luas antara Indonesia dan Rusia, khususnya dalam diplomasi parlemen serta isu-isu global yang menjadi perhatian bersama.
Pernyataan Fadli Zon Soal Pemerkosaan 1998 Picu Tangis Legislator Perempuan di DPR
Namun Pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam rapat Komisi X DPR RI, Rabu (2/7/2025), menuai kontroversi. Dalam rapat tersebut, Fadli menyebut perlu verifikasi lebih lanjut soal laporan pemerkosaan massal saat Tragedi Mei 1998. Ia juga mempertanyakan penggunaan kata “massal” karena dianggap belum ada cukup bukti hukum dan pelaku yang jelas.
Pernyataan ini membuat dua anggota DPR perempuan, My Esti Wijayati dan Mercy Chriesty Barends, menangis dan mengecam keras ucapan Fadli. Mereka menilai ucapannya menyakiti korban dan terkesan menyepelekan tragedi kemanusiaan tersebut.
“Pemerkosaan itu nyata. Saya ada di Jakarta saat kejadian. Jangan sepelekan luka para korban,” ujar Esti dengan suara bergetar.
Mercy, yang juga pernah terlibat langsung dalam pendampingan korban 1998, menyebut bahwa banyak korban yang takut bicara karena tekanan. Ia bahkan menyerahkan dokumen resmi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kepada Fadli sebagai bukti.
“Apapun istilahnya, luka itu nyata. Negara harus minta maaf,” tegas Mercy.
Menanggapi kritik itu, Fadli Zon akhirnya menyampaikan permintaan maaf jika pernyataannya menyinggung perasaan korban.
“Saya mengutuk kekerasan seksual dalam peristiwa 1998. Jika ada pandangan berbeda, itu pendapat pribadi. Tapi saya tetap tidak sepakat dengan diksi ‘massal’,” ujar Fadli.
Rapat yang awalnya membahas pelestarian budaya pun berubah menjadi ruang perdebatan soal tanggung jawab negara terhadap korban kekerasan seksual di masa lalu.(red/AL)
1 Comment