Home Kebudayaan Gen Z dan Batik: Warisan Budaya Jadi Tren Fesyen Digital di Era Industri 4.0
KebudayaanNasional

Gen Z dan Batik: Warisan Budaya Jadi Tren Fesyen Digital di Era Industri 4.0

Wamenperin ajak mahasiswa mencintai batik lewat kreativitas, kewirausahaan, dan inovasi digital di Industrial Festival 2025.

Share
Share

Batik tak lagi kuno! Generasi Z aktif menghidupkan batik lewat fesyen, digitalisasi, dan kewirausahaan. Wamenperin dorong anak muda jaga warisan budaya dalam Industrial Festival 2025.

V-Today, NASIONAL KEBUDAYAAN – Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi dan menjadi bagian penting dari ekonomi kreatif nasional. Sejak diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada 2009, batik terus berkembang berkat inovasi perajin dan dukungan pemerintah.

Dalam beberapa tahun terakhir, batik makin populer di kalangan generasi muda (Gen Z). Mereka mengangkat batik melalui fesyen modern, konten digital, hingga usaha kreatif berbasis budaya.

Saat ini, lebih dari 53,8% penduduk Indonesia adalah generasi milenial dan Gen Z. Artinya, mereka punya peran besar dalam menjaga sekaligus mengembangkan batik agar tetap relevan lintas generasi.

“Pembatik zaman dulu itu juga anak muda. Mereka menciptakan motif dari pengalaman dan budaya lokal,” ujar Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam kuliah umum “Membatik Pikiran, Mewarnai Karakter, Menjahit Cita-Cita”, Rabu (30/7), di Jakarta.

Wamenperin Faisol menyampaikan bahwa generasi muda butuh lima kemampuan utama agar bisa membawa batik lebih jauh ke masa depan:

1. Kesiapan Intelektual

Mahasiswa harus siap menghadapi dunia nyata dan memahami makna batik sebagai identitas bangsa.

2. Keterampilan Digital dan Kreatif

Kemampuan desain grafis, animasi, serta menjadi konten kreator adalah cara baru mengenalkan batik ke dunia.

“Infrastruktur digital masih jadi tantangan, tapi kami di Kemenperin terus berbenah,” jelasnya.

3. Pengalaman Kewirausahaan

Anak muda bisa membangun brand lokal berbasis batik yang modern seperti streetwear, sustainable fashion, dan produk berbasis nilai lokal.

4. Kepekaan Sosial dan Lingkungan

Generasi muda dinilai makin peduli isu lingkungan. Hal ini bisa menjadi kekuatan untuk menciptakan batik ramah lingkungan.

5. Sikap Bangga dan Aktif

Anak muda perlu ambisi dan rencana hidup yang jelas, serta semangat tinggi untuk berkontribusi melalui budaya.

Dalam sesi tanya jawab, Wamen Faisol menegaskan bahwa pemerintah mendukung penuh para perajin batik. Banyak lembaga seperti Kementerian Perindustrian, UMKM, Dekranasda, hingga BUMN turut terlibat mendorong batik tetap hidup dan berdaya saing.

Festival yang berlangsung 30 Juli–3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M ini bukan sekadar pameran. Ada juga:

  • Talkshow soal fesyen berkelanjutan

  • Pemanfaatan teknologi dalam batik

  • Kompetisi konten kreatif

  • Sayembara Maskot Industri 4.0

Tagar #BATIKRIZZ menjadi semangat bahwa batik bukan hanya masa lalu, tapi juga bagian dari industri kreatif masa depan.(*)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

DPR Setujui Penghapusan Hukuman Hasto dan Tom Lembong, Menkumham: Mereka Telah Berjasa

DPR dan Presiden Prabowo sepakati amnesti untuk Hasto Kristiyanto dan abolisi untuk...

Prabowo dan DPR Beri Amnesti ke Hasto Kristiyanto, KPK Siap Banding

KPK siap ajukan banding atas vonis Hasto Kristiyanto. Sementara itu, Presiden Prabowo...

IPR: Abolisi untuk Tom Lembong Langkah Tepat, DPR Kemungkinan Setuju

Direktur IPR Iwan Setiawan menilai abolisi Tom Lembong oleh Presiden Prabowo sudah...

Bincang Santai dengan Toni Junus Kanjeng Nggung Sesepuh Sastrajendra Living Academy,Menyalakan Kembali Api Kesadaran Leluhur di Era Modern

Sastrajendra Living Academy dipimpin oleh Romo Toni Junus Kanjeng Nggung. Akademi ini...