Home Kebudayaan & Daerah Makna Malam 1 Suro dalam Budaya Jawa dan Perspektif Islam
Kebudayaan & Daerah

Makna Malam 1 Suro dalam Budaya Jawa dan Perspektif Islam

Malam 1 Suro dikenal sakral di budaya Jawa. Simak 5 larangan utamanya serta pandangan ulama soal mitos bulan Muharram dalam ajaran Islam.

Share
Makna Malam 1 Suro dalam Budaya Jawa dan Perspektif Islam
Share

Malam 1 Suro merupakan malam yang sangat sakral bagi masyarakat Jawa. Dalam kalender Islam, malam ini bertepatan dengan 1 Muharram, bulan pertama dalam penanggalan Hijriah. Namun, bagi masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat, malam ini memiliki makna spiritual yang mendalam dan dipenuhi tradisi turun-temurun.

Masyarakat Jawa banyak yang meyakini adanya pantangan atau larangan di malam 1 Suro, yang jika dilanggar dipercaya dapat membawa nasib buruk. Di beberapa daerah di Jawa Barat, bulan Muharram juga dikenal dengan sebutan Bulan Kapit atau Apit karena letaknya di antara dua perayaan besar Islam, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.

5 Larangan Malam 1 Suro dalam Kepercayaan Jawa

Berikut adalah lima larangan yang paling dikenal dalam tradisi Jawa terkait malam 1 Suro, sebagaimana dikutip dari Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa (Galuh Kusuma Hapsari, 2024):

  1. Tidak Boleh Keluar Rumah di Malam 1 Suro
    Malam tersebut dianggap angker dan rawan hal-hal gaib. Banyak keluarga memilih berkumpul di rumah untuk berdoa dan berzikir.
  2. Dilarang Menggelar Hajatan Besar
    Acara seperti pernikahan, khitanan, atau pindah rumah dihindari pada malam atau bulan Suro, karena dipercaya dapat mendatangkan kesialan dan masalah.
  3. Tidak Boleh Berisik atau Ramai
    Di beberapa keraton, seperti Yogyakarta dan Surakarta, tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng (berjalan mengelilingi benteng tanpa bicara) dilakukan untuk menjaga kesunyian dan introspeksi.
  4. Menjaga Lisan: Jangan Mengucapkan Kata Kasar
    Ucapan kasar atau negatif dipercaya membawa pengaruh buruk, sehingga dianjurkan menjaga tutur kata dan memperbanyak doa.
  5. Tidak Disarankan Membangun atau Pindah Rumah
    Memulai aktivitas besar seperti membangun atau pindah rumah di bulan Suro dianggap membawa kesialan.

Pandangan Islam Terhadap Keyakinan dan Larangan Malam 1 Suro

Meski banyak mitos berkembang di masyarakat, para ulama menegaskan bahwa bulan Muharram justru merupakan bulan yang dimuliakan dalam Islam, penuh rahmat, dan keberkahan.

Penjelasan Buya Yahya

Dalam kanal YouTube resmi Al-Bahjah TV, Prof. KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) menjelaskan bahwa pandangan masyarakat tentang bulan Muharram sebagai bulan sial atau penuh pantangan sebenarnya adalah salah kaprah.

  • Tidak ada hari atau bulan sial dalam Islam.
    Hari yang buruk terjadi karena perbuatan maksiat manusia, bukan karena waktu tertentu.
  • Muharram adalah bulan suci dan penuh rahmat.
    Nabi Muhammad menganjurkan puasa di bulan Muharram, khususnya pada tanggal 9 dan 10 Muharram (puasa Asyura).
  • Menganggap bulan ini penuh kesialan adalah sikap suudzon (berprasangka buruk) kepada Allah.
    Padahal, bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah.

Pandangan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal menegaskan bahwa:

  • Muharram adalah bulan suci (bulan haram) sebagaimana firman Allah dalam QS. At Taubah: 36 yang mengingatkan untuk tidak menganiaya diri di bulan-bulan tersebut.
  • Larangan atau kepercayaan yang menyebut bulan ini membawa musibah sebenarnya mencela waktu dan termasuk sikap orang musyrik.
  • Semua kesialan dan musibah terjadi atas izin dan ketentuan Allah, bukan karena waktu, orang, atau tempat tertentu.
  • Bulan Muharram justru dianjurkan untuk memperbanyak amal baik dan menjauhi dosa.

Kesimpulan

Malam 1 Suro dan bulan Muharram memiliki makna yang berbeda dalam tradisi Jawa dan ajaran Islam. Masyarakat Jawa memegang teguh berbagai larangan dan tradisi yang dianggap menjaga keselamatan dan keberkahan. Namun, dalam Islam, bulan Muharram adalah bulan suci yang penuh keberkahan dan rahmat, bukan bulan sial atau penuh pantangan. Kepercayaan yang menganggap bulan ini sebagai bulan buruk perlu diluruskan agar tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.(red/AL)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Yantie Rachim: Anak TK Tak Perlu Dipaksa Bisa Membaca!

V-Today, BOGOR – Bunda PAUD Kota Bogor, Yantie Rachim, menghadiri kegiatan Masa...

Sekolah Rakyat Resmi Dibuka di Bogor, 85 Siswa Kota Diterima!

V-Today, BOGOR – Program Sekolah Rakyat, gagasan strategis Presiden Prabowo Subianto untuk...

Kolaborasi Sakral PSHT–PPBPN: Pusaka Dibersihkan, Batin Dibenahi

V-Today, BEKASI – Dalam cahaya purnama bulan Suro, halaman Padepokan PSHT Babakan,...

Gusti Putri Wulansari Stafsus Kemenbud Dukung Pelestarian Pusaka di Acara PSHT dan PPBPN

V-Today, KEBUDAYAAN – Sebuah ritual budaya dan spiritual bertajuk Wungonan Reresik Tosan...