Home Kebudayaan & Daerah Makna Pelestarian Alam dan Budaya di HJB ke-543 Bogor
Kebudayaan & Daerah

Makna Pelestarian Alam dan Budaya di HJB ke-543 Bogor

Perayaan Hari Jadi Bogor ke-543 bertema "Raksa Jagaditha" hadirkan helaran budaya penuh makna. Ribuan warga rayakan hujan, seni, dan semangat pelestarian tradisi lokal.

Share
Share

Kota Bogor kembali menunjukkan jati dirinya sebagai kota yang kaya akan nilai budaya dan semangat kebersamaan melalui perayaan Hari Jadi Bogor (HJB) ke-543. Mengusung tema “Raksa Jagaditha”—yang bermakna menjaga keseimbangan alam demi kesejahteraan bersama—helatan budaya ini tidak hanya menjadi ajang pesta rakyat, tetapi juga cerminan filosofi hidup masyarakat Bogor.

HJB ke-543 Bogor

Meski hujan deras sempat mengguyur kota pada Sabtu (28/6), ribuan warga tetap antusias memadati area Plaza Balai Kota Bogor hingga sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, menyambut malam puncak helaran dengan penuh semangat. Ini menjadi bukti kuat bahwa hujan, yang merupakan bagian dari identitas Kota Bogor, tidak menjadi penghalang untuk merayakan warisan budaya.

🌿 Raksa Jagaditha: Filosofi yang Menyatu dengan Tradisi

Tema “Raksa Jagaditha” menjadi napas utama dalam perayaan kali ini. Tidak hanya sebagai slogan, tema tersebut menyentuh kesadaran kolektif bahwa budaya dan alam tidak bisa dipisahkan. Masyarakat Bogor diyakini hidup berdampingan dengan alam, dan dalam setiap helaran budaya, ada pesan moral yang terus diwariskan: merawat bumi adalah bagian dari merawat kehidupan itu sendiri.

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, dalam sambutannya menyampaikan bahwa helaran malam hari bukan hanya strategi untuk mengakomodasi masyarakat luas, tetapi juga sebagai bentuk ruang ekspresi budaya yang inklusif dan penuh makna.

“Kita ingin agar masyarakat merasakan langsung kemeriahan Hari Jadi Bogor. Malam hari dipilih agar mereka yang sibuk di siang hari tetap bisa terlibat,” ujar Dedie.

Lebih dari itu, Dedie menegaskan bahwa hujan yang mengguyur sebelum helaran dimulai merupakan anugerah, bukan hambatan.

“Kita tinggal di Kota Hujan. Hujan adalah bagian dari identitas dan keseharian kita. Bahkan malam ini, hujan berhenti tepat saat helaran dimulai. Itu pertanda alam menyambut perayaan ini,” katanya.

🎭 Pertunjukan Budaya yang Sarat Nilai

Helaran HJB ke-543 menampilkan beragam kekayaan seni budaya, mulai dari tari tradisional Sunda, iringan musik etnik, busana adat, hingga parade komunitas lintas generasi. Setiap penampilan membawa nilai filosofis tentang kehidupan, kesederhanaan, serta penghormatan terhadap leluhur.

Yang menarik, beberapa komunitas budaya juga menyisipkan pesan-pesan lingkungan dalam karya mereka, seperti penggunaan material daur ulang pada properti pertunjukan, simbol tanaman dalam koreografi, serta narasi tentang air dan alam sebagai bagian dari keseharian warga Bogor.

HJB ke-543 Bogor

Dengan atmosfer malam yang sejuk dan langit yang mulai cerah, pertunjukan menjadi semakin hidup. Anak-anak hingga orang tua tampak menikmati setiap momen—sebuah ruang kebersamaan yang menjadi bagian dari memori kolektif kota.

🛤️ Menjaga Warisan, Menghidupkan Kearifan Lokal

Perayaan Hari Jadi Bogor bukan sekadar mengenang hari berdirinya kota. Lebih dari itu, ini adalah upaya menjaga kearifan lokal agar tidak tergerus zaman. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, helaran budaya menjadi jangkar identitas bagi masyarakat urban seperti Bogor.

Helaran HJB juga membuka ruang partisipasi luas bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan melestarikan budaya daerahnya. Ini sejalan dengan semangat keberlanjutan: bahwa budaya bukan hanya untuk dipertontonkan, tetapi juga diwariskan, dijaga, dan dihidupkan.


🌟 Budaya, Hujan, dan Harapan Baru

HJB ke-543 menjadi bukti bahwa sebuah kota tidak hanya dibangun oleh beton dan gedung tinggi, tetapi juga oleh semangat warganya dalam menjaga nilai dan warisan leluhur. Hujan, sebagai simbol kehidupan dan keseimbangan, menjadi saksi bagaimana masyarakat Bogor tetap bersatu dalam perayaan budaya.

Dan malam itu, saat lampu-lampu helaran menyala dan musik tradisional mengalun, Bogor tidak hanya merayakan usia—tetapi juga merayakan jati diri.(red/AL)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Yantie Rachim: Anak TK Tak Perlu Dipaksa Bisa Membaca!

V-Today, BOGOR – Bunda PAUD Kota Bogor, Yantie Rachim, menghadiri kegiatan Masa...

Sekolah Rakyat Resmi Dibuka di Bogor, 85 Siswa Kota Diterima!

V-Today, BOGOR – Program Sekolah Rakyat, gagasan strategis Presiden Prabowo Subianto untuk...

Kolaborasi Sakral PSHT–PPBPN: Pusaka Dibersihkan, Batin Dibenahi

V-Today, BEKASI – Dalam cahaya purnama bulan Suro, halaman Padepokan PSHT Babakan,...

Gusti Putri Wulansari Stafsus Kemenbud Dukung Pelestarian Pusaka di Acara PSHT dan PPBPN

V-Today, KEBUDAYAAN – Sebuah ritual budaya dan spiritual bertajuk Wungonan Reresik Tosan...