Setelah berakhirnya perang Bharatayuda yang dahsyat dan menewaskan sebagian besar prajurit dari kedua pihak, kisah para Pandawa tidak berhenti di medan Kurukshetra. Justru setelah perang besar itulah, kisah kebangsawanan, pengabdian, dan pemerintahan mereka dimulai. Kisah ini dikenal sebagai “Pandawa Dadi Ratu”—ketika para Pandawa akhirnya naik tahta sebagai raja-raja yang adil dan bijaksana.
1. Akhir Bharatayuda dan Tahta Kosong
Setelah Kurawa binasa dan Duryodana gugur, Hastinapura, kerajaan besar yang menjadi pusat kekuasaan, kehilangan pemimpin. Raja Destarastra, ayah para Kurawa, yang buta dan sudah tua, tak ingin melanjutkan pemerintahan dalam kondisi batin yang remuk.
Meski diliputi duka atas kehilangan anak-anaknya, Destarastra akhirnya legawa menyerahkan kekuasaan kepada Yudhistira, sulung dari Pandawa, sesuai dengan haknya sebagai putra tertua dari Pandu, raja sebelumnya.
2. Penolakan Yudhistira dan Pertapaannya
Namun Yudhistira, yang memiliki jiwa welas asih dan kebijaksanaan luar biasa, menolak dengan tegas tahta tersebut. Ia merasa tak pantas memerintah di atas kuburan para kerabat, saudara, dan guru yang gugur dalam perang. Diliputi rasa bersalah dan kehilangan, Yudhistira memilih meninggalkan istana dan pergi bertapa ke hutan.
Kabar ini mengguncang seluruh Hastinapura. Rakyat mendesak Pandawa agar Yudhistira kembali dan memimpin. Bahkan Sri Kresna datang dari Dwaraka untuk membujuk sahabatnya itu. Kresna berkata, “Engkau tak boleh menyia-nyiakan hidup ini dalam penyesalan. Tahta bukanlah soal kemegahan, tetapi kewajiban untuk menegakkan dharma.”
3. Upacara Penobatan Agung
Akhirnya Yudhistira menerima takdirnya. Upacara penobatan pun digelar megah di istana Hastinapura. Yudhistira dinobatkan sebagai Maharaja Hastinapura, didampingi oleh keempat saudaranya yang setia:
-
Bima: menjadi panglima dan penegak hukum
-
Arjuna: menjadi duta dan kepala militer
-
Nakula dan Sadewa: memimpin wilayah Madra dan setempat sebagai raja muda
Penobatan ini menjadi simbol bersatunya kembali negeri Bharata. Segala perbedaan dan luka di masa lalu berusaha diredakan dengan kebijakan, keadilan, dan kepemimpinan yang bijaksana.
4. Pemerintahan Era Pandawa
Di bawah pemerintahan Yudhistira, Hastinapura memasuki era keemasan. Tidak hanya makmur secara ekonomi, tetapi juga damai secara sosial dan politik. Rakyat hidup tentram, hukum ditegakkan dengan adil, dan agama serta kebudayaan berkembang pesat.
Kresna menjadi penasihat agung, sementara rakyat menyambut para Pandawa sebagai raja-raja yang mencintai rakyat seperti anak-anak mereka sendiri.
Yudhistira juga menyelenggarakan upacara Aswamedha Yajna, ritual besar untuk menyatukan seluruh kerajaan di bawah satu kekuasaan adil dan sah.
5. Akhir dari Segalanya
Namun segala yang besar pasti menemukan akhirnya. Setelah bertahun-tahun memerintah dengan bijak, Pandawa mulai merasa bahwa tugas duniawi mereka telah selesai. Terinspirasi oleh kematian Sri Kresna dan kehancuran Dwaraka, para Pandawa memutuskan untuk mengundurkan diri dari tahta.
Mereka menyerahkan kerajaan kepada Parikesit, cucu Arjuna, dan berangkat menuju Himalaya dalam perjalanan Mahaprasthanik Parva—perjalanan agung menuju keabadian. Dengan itu, berakhirlah kisah Pandawa sebagai raja, namun nama mereka tetap hidup sebagai simbol dharma dan keadilan.
Makna Kisah “Pandawa Dadi Ratu”
Kisah ini bukan hanya sejarah fiksi atau legenda, tapi juga pengingat moral:
-
Bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang memikul tanggung jawab, bukan yang mengejar kekuasaan.
-
Bahwa pengampunan dan keadilan harus berjalan berdampingan.
-
Dan bahwa kemuliaan bukan di awal perjuangan, tapi pada akhir yang bersahaja dan ikhlas.
Leave a comment