V-Today, INTERNASIONAL – Kecelakaan tragis yang menimpa pesawat Air India tujuan London bulan lalu dan menewaskan 260 orang disebabkan oleh terputusnya pasokan bahan bakar ke mesin. Hal ini terungkap dalam laporan awal yang dirilis Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India.
Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner itu baru saja mengudara dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel di Ahmedabad pada 12 Juni lalu sebelum kehilangan daya dan jatuh menabrak kawasan asrama Rumah Sakit dan Kampus BJ Medical College.
Dari 243 orang di dalam pesawat, hanya satu penumpang yang selamat. Sisa korban tewas termasuk penumpang, awak kabin, serta warga di darat.
Trump Tunda Tarif Impor, 14 Negara Termasuk Indonesia Terancam Pajak Baru
Sakelar Bahan Bakar Diduga Jadi Pemicu
Laporan mengungkap bahwa sakelar kontrol bahan bakar di kokpit telah berpindah dari posisi “RUN” ke “CUTOFF”, memutus suplai bahan bakar ke mesin. Transisi ini terjadi dengan jeda hanya satu detik antar mesin.
Rekaman audio dari kotak hitam menunjukkan percakapan antara dua pilot:
“Salah satu pilot bertanya, ‘Kenapa kamu mematikan (mesin)?’ dan yang lain menjawab, ‘Saya tidak melakukannya.’”
Mesin sempat mencoba menyala kembali setelah sakelar dikembalikan ke posisi semula, tetapi pesawat sudah kehilangan ketinggian terlalu banyak untuk pulih.
Ahli keselamatan penerbangan CNN, David Soucie, menegaskan bahwa sakelar bahan bakar di Boeing 787 dirancang untuk tidak bisa berpindah secara otomatis.
“Selama bertahun-tahun desain sakelar ini telah ditingkatkan agar tidak mudah dipindahkan secara tidak sengaja,” ujarnya.
Posisi sakelar berada di antara kursi pilot dan dilindungi oleh pengunci logam.
Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan tidak ada indikasi kerusakan mesin, bahan bakar berkualitas baik, tidak ada aktivitas burung di jalur penerbangan, dan semua setelan pesawat dalam kondisi normal untuk lepas landas.
-
Berat pesawat dalam batas aman
-
Tidak membawa barang berbahaya
-
Flap dan roda pendarat dalam posisi tepat
Mesin kiri dipasang pada 26 Maret dan mesin kanan pada 1 Mei.
Kapten berusia 56 tahun memiliki 15.000 jam terbang, sedangkan kopilot 32 tahun telah mencatat 3.400 jam.
Namun, masih belum jelas apakah sakelar dipindahkan secara tidak sengaja atau ada kerusakan sistem lain yang terlibat. Investigasi lanjutan sedang berlangsung.
Air India menyebutkan total 260 orang tewas, termasuk korban di darat. Penumpang terdiri dari 169 warga India, 53 warga Inggris, 7 warga Portugal, dan 1 warga Kanada.
Xi Jinping Absen dari KTT BRICS 2025 di Brasil, China Tetap Gas De-Dolarisasi Lewat Li Qiang
Naresh Maheswari, ayah salah satu korban, meminta agar penyelidikan dilakukan secara netral dan transparan.
“Kami tidak ingin ada keluarga lain kehilangan orang terkasih karena kelalaian seperti ini,” katanya.
Lewat unggahan di platform X (Twitter), Air India menyampaikan belasungkawa:
“Kami terus berduka atas kehilangan ini dan berkomitmen mendukung keluarga korban dalam masa sulit ini.”(*)
1 Comment