V-Today, INTERNASIONAL – Lebih dari satu juta orang diperkirakan menghadiri Pride in London pada Sabtu ini, acara LGBTQ+ terbesar di Inggris. Namun di balik kemeriahan tersebut, para penyelenggara mengungkapkan bahwa masa depan Pride di Inggris sedang dalam ancaman serius.
Jaringan Penyelenggara Pride Inggris (UKPON) menyebut bahwa lebih dari 85 organisasi Pride di seluruh Inggris mengalami penurunan drastis dalam sponsor korporat dan kemitraan. Beberapa acara bahkan dibatalkan, ditunda, atau kini memungut biaya masuk—padahal sebelumnya gratis.
Kenapa Banyak Dana Hilang?
Dee Llewellyn, Ketua UKPON sekaligus Kepala Kemitraan Pride in London, menilai salah satu penyebab utama adalah keputusan perusahaan global—khususnya yang berbasis di AS—untuk mengurangi pendanaan bagi program keberagaman dan inklusi (DEI).
“Ada pepatah lama: jika Amerika bersin, maka Inggris kena flu. Dan kita sedang benar-benar merasakannya,” ujar Dee kepada BBC.
Pride in London tetap jadi yang terbesar dengan biaya penyelenggaraan mencapai £1,7 juta pada tahun 2024. Dee menekankan bahwa biaya tersebut diperlukan untuk menjamin keamanan fisik dan emosional peserta, termasuk keamanan, penutupan jalan, dan infrastruktur lainnya.
Data UKPON: Banyak yang Terancam
Dalam survei April 2025 terhadap 201 anggota UKPON:
-
85+ organisasi kehilangan sponsor
-
40+ acara mengalami penurunan pendapatan hingga 50%
-
21 acara kehilangan lebih dari setengah pendapatannya
-
60+ organisasi mengalami penurunan hibah dari perusahaan/charity
Beberapa acara besar seperti Liverpool Pride dan Plymouth Pride dibatalkan tahun ini karena kekurangan dana.
Cerita dari Lapangan: Plymouth dan Salford
Plymouth Pride, yang biasanya dihadiri 6.000–7.000 orang, dibatalkan karena kekurangan £12.000 dari total kebutuhan £35.000. Alex MacDonald, ketua penyelenggara, mengaku kecewa berat namun tetap berharap bisa kembali tahun depan.
Sementara itu di Salford, acara tahunan The Pink Picnic memutuskan memungut tiket £5 per orang karena kehilangan sponsor senilai £40.000. Tanpa langkah ini, acara senilai £100.000 itu tak akan bisa berlangsung.
“Kami dipaksa mengambil keputusan sulit karena kurangnya pendanaan dan ketidakpastian ekonomi serta politik saat ini,” ujar Reece Holmes dari Salford Pride.
Pride Tetap Jalan: “Kami Komunitas yang Tangguh”
Meski tantangan besar membayangi, Dee menegaskan bahwa gerakan Pride tidak akan berhenti.
“Kami sebagai komunitas telah lama terbukti tangguh. Kami akan bersatu, bangkit, dan kembali lebih kuat,” tegasnya.(*)
KETERANGAN :
LGBTQ+ adalah singkatan yang merujuk pada kelompok beragam identitas gender dan orientasi seksual. Berikut penjelasan dari masing-masing hurufnya:
-
L: Lesbian – perempuan yang tertarik secara emosional dan/atau seksual kepada sesama perempuan.
-
G: Gay – laki-laki yang tertarik kepada sesama laki-laki, namun bisa juga digunakan secara umum untuk menyebut siapa saja yang tertarik kepada sesama jenis.
-
B: Biseksual – orang yang tertarik kepada lebih dari satu jenis kelamin (baik laki-laki maupun perempuan).
-
T: Transgender – orang yang identitas gendernya berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir (misalnya: lahir sebagai laki-laki, tapi merasa dirinya perempuan).
-
Q: Queer atau Questioning – istilah payung yang digunakan oleh sebagian orang yang tidak ingin dikotakkan dalam identitas seksual/gender tertentu, atau yang masih dalam proses mencari jati diri.
-
+ (plus): mencakup identitas lain di luar lima istilah utama di atas, seperti:
-
Intersex (lahir dengan kombinasi karakteristik biologis laki-laki dan perempuan)
-
Aseksual (tidak merasakan ketertarikan seksual)
-
Non-biner, panseksual, dan lainnya.
-
Tujuan Penggunaan Istilah Ini
Istilah LGBTQ+ digunakan untuk menyebut komunitas yang memperjuangkan hak kesetaraan, pengakuan identitas, dan perlindungan hukum dari diskriminasi berbasis gender dan orientasi seksual.
1 Comment