Jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan 1945, nama Indonesia sudah hidup dalam denyut pergerakan nasional. Ia hadir di pamflet-pamflet politik, surat kabar, aksi massa, hingga percakapan bawah tanah para pejuang kemerdekaan. Namun, tak semua orang tahu: dari mana asal-usul nama Indonesia? Siapa yang menciptakannya? Kapan mulai digunakan sebagai identitas bangsa dan negara?
Pertanyaan ini penting karena, seperti kata sastrawan Pramoedya Ananta Toer, “Jika seseorang tidak tahu sejarah bangsanya sendiri, maka ia mudah menjadi orang asing di tanah airnya sendiri.”
Asal Usul Nama “Indonesia”
Nama “Indonesia” pertama kali muncul pada tahun 1850 di jurnal ilmiah Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) yang diterbitkan di Singapura. Istilah ini diciptakan oleh dua sarjana asal Inggris, George Samuel Windsor Earl dan James Richardson Logan.
-
Earl semula mengusulkan dua nama: Indunesia dan Malayunesia, dan lebih menyukai yang kedua.
-
Logan justru lebih memilih Indunesia, lalu mengganti huruf “u” menjadi “o” hingga menjadi: Indonesia.
Nama ini awalnya hanya digunakan untuk keperluan ilmiah, sebagai penanda geografis kawasan kepulauan Asia Tenggara yang saat itu belum bernama.
Adolf Bastian dan Popularisasi Nama Indonesia
Nama “Indonesia” makin dikenal setelah dipopulerkan oleh etnolog Jerman, Adolf Bastian, dalam bukunya Indonesien oder Die Inseln des Malayischen Archipels. Bastian menggunakan istilah itu untuk menyebut gugusan pulau besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor, hingga Flores.
Kolonialisme dan Penyebutan “Hindia”
Pada masa kolonial, Eropa menyebut wilayah Nusantara dengan nama India. Untuk membedakannya dengan anak benua India, ditambahlah huruf “H” menjadi Hindia. Di bawah penjajahan Belanda, tanah air kita disebut Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda). Sementara di bawah Portugis, disebut sebagai Hindia Portugis.
Kaum Pergerakan dan Nama Indonesia
Nama Indonesia mulai digunakan secara politis oleh kalangan pergerakan nasional, baik di dalam maupun luar negeri:
-
1912: Indische Partij (IP) dibentuk oleh Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Meski saat itu nama “Indonesia” belum digunakan, mereka sudah mengusung gagasan kemerdekaan Hindia.
-
1913: Saat di pengasingan di Belanda, Ki Hajar mendirikan kantor berita bernama Indonesische Persbureau (IP).
-
1922: Organisasi pelajar di Belanda, Indische Vereeniging, mengubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging. Tahun 1925, nama itu resmi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Surat kabarnya pun berganti dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka.
-
1924: Perserikatan Komunis Hindia mengganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Inilah organisasi politik pertama di tanah air yang secara resmi menggunakan nama “Indonesia”.
-
1927: Soekarno dan rekan-rekan di Algemeene Studieclub mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia, yang setahun kemudian berubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Lewat PNI-lah nama Indonesia dipopulerkan ke akar rumput: buruh, petani, dan rakyat kecil.
Sumpah Pemuda dan Indonesia sebagai Identitas Bangsa
Momentum penting terjadi pada 28 Oktober 1928, saat Kongres Pemuda II mengikrarkan:
“Satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.”
Sejak saat itu, “Indonesia” menjadi simbol persatuan dan cita-cita kemerdekaan. Di kongres yang sama, WR Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya yang awalnya berjudul “Indonees, Indonees”, yang kemudian dikenal sebagai “Indonesia Raya”.
Indonesia di Luar Negeri: Cita-cita “Indonesia Raya”
Nama Indonesia bahkan menggema hingga ke Semenanjung Malaya. Pada 1937, organisasi nasionalis Kesatuan Melayu Muda (KMM) di Malaya menyatakan cita-cita untuk bersatu dalam satu bangsa bernama “Indonesia Raya”.
Pramoedya Ananta Toer dan Kritik atas Nama Indonesia
Meski nama Indonesia telah menjadi konsensus nasional, Pramoedya Ananta Toer memiliki pandangan kritis. Menurutnya, “Indonesia” berasal dari Indo (India) dan nesos (pulau), sehingga secara etimologis berarti: Kepulauan India — sebuah warisan penamaan kolonial.
Pram mengusulkan dua nama alternatif:
-
Nusantara: berasal dari era Majapahit, berarti “kepulauan di antara dua benua”.
-
Dipantara: dari era Singasari, berarti “benteng di antara dua benua”.
Indonesia, Nama yang Diperebutkan Sejarah
Nama Indonesia bukanlah hadiah dari penjajah, melainkan hasil dari perdebatan panjang, perjuangan ideologis, dan kesadaran kolektif para pejuang kemerdekaan. Dari jurnal ilmiah di Singapura hingga rapat pemuda di Jakarta, dari pengasingan di Belanda hingga kongres-kongres bawah tanah, nama ini tumbuh menjadi simbol kebangkitan bangsa.
Dan hari ini, setiap kali kita menyebut “Indonesia”, kita sesungguhnya sedang mengucapkan hasil dari ratusan tahun sejarah, perlawanan, dan mimpi besar akan tanah air yang merdeka dan bermartabat.(*)
Leave a comment