Toni Junus Kanjeng ngGung Dianugerahi Gelar Budaya dalam Renaisans Budaya Nusantara di Kedaton Jayakarta 2025

V-Today, JAKARTA – Pada 17 Juli 2025, di Balairung Sari Kedaton Nusantara Jayakarta, Jl. Kramat IV No. 44 RT 03/03, Rawa Binong, Lubang Buaya, Jakarta Timur, berlangsung sebuah peristiwa sakral, Penganugerahan Gelar Budaya dan Golden Achievement Culture Award dalam rangkaian acara Selamatan Agung Suro bertajuk Sesaji Rajasuyo.

Acara ini menjadi momen penting yang tidak hanya menjadi ruang doa para tokoh budaya, tetapi juga panggung peneguhan Datuk Dirajawali sebagai pemimpin adat yang berkomitmen menjaga nilai-nilai tradisi di tengah derasnya arus modernisasi.

Renaisans Raja-Raja Nusantara

Inisiatif besar ini digagas oleh PNA Mas’ud Thoyib Jayakarta Adiningrat, Pengageng Kedaton Nusantara Jayakarta, dengan misi menghidupkan kembali renaisans raja-raja se-Nusantara.

Dalam pidatonya, beliau menyampaikan:
“Peradaban baru hanya bisa dibentuk dari transformasi kebudayaan lama. Renaisans adalah mengenang sekaligus membangun kembali.”

Wungonan Reresik Tosan Aji, Menyucikan Pusaka, Menghidupkan Roh Budaya di Bawah Purnama Suro

Penganugerahan ini menjadi bentuk penghargaan kepada para pelestari budaya yang dianggap sebagai pondasi utama dalam membentuk arah baru peradaban bangsa.

MURTHI dan MURRI: Menjaga Jejak, Meretas Diplomasi Budaya

Acara ini juga menandai kelahiran dua lembaga budaya penting:

• MURTHI (Museum Rekor Tradisi dan Hikmah Indonesia)
  Sebagai wadah pencatatan dan penghargaan terhadap pencapaian budaya dan spiritualitas leluhur.

• MURRI (Museum Rekor Rakyat Indonesia)
  Berfokus pada diplomasi budaya, menegaskan pentingnya peran kebudayaan dalam hubungan antarbangsa.

Toni Junus Kanjeng ngGung: Budayawan Spiritual Nusantara

Salah satu tokoh utama dalam acara ini adalah Romo Toni Junus Kanjeng ngGung, budayawan spiritual dan pengasuh Sastrajendra Living Academy (SLA).

Ia dianugerahi Gelar Budaya sebagai pengakuan atas dedikasinya menjaga nilai-nilai luhur dan spiritualitas Nusantara secara kontekstual dan relevan dengan zaman.

Gusti Putri Wulansari Stafsus Kemenbud Dukung Pelestarian Pusaka di Acara PSHT dan PPBPN

Romo Toni dikenal bukan hanya karena kemampuannya merawat simbol dan aksara kuno, tetapi juga ketekunannya menghidupkan nilai-nilai batin yang nyaris terlupakan. Ia menjadi jembatan yang menyatukan warisan leluhur dengan dinamika kehidupan modern.

“Budaya bukan sekadar artefak, melainkan energi hidup yang membentuk arah peradaban,” ujar Toni.

Ritual Sakral Sesaji Rajasuyo

Rangkaian acara puncak ditutup dengan ritual sakral Sesaji Rajasuyo. Ritual ini berakar dari era Raja Hayam Wuruk pada masa Majapahit, diwariskan oleh Kerajaan Demak Bintoro, dan diperkuat secara spiritual oleh Sultan Agung Mataram.

Ritual ini menjadi ruang penyatuan energi budaya dan spiritual, sekaligus penghormatan kepada leluhur yang menjadi fondasi nilai dan identitas Nusantara.

Dalam kesempatan itu, Romo Toni juga menyerahkan kenang-kenangan berupa dua buah buku karangannya tentang Sastrajendra dan Perkerisan 1 buku Kebangkitan Budaya Nusantara 2023 dan 1 buku Lomba Keris 2021 kegiatan virtual karena pandemi.

“Buku ini menjadi kenang-kenangan di acara Selamatan Agung Suro bertajuk Sesaji Rajasuyo sekaligus arsip perpustakaan Kedaton Nusantara Jayakarta, 1 buku Kebangkitan Budaya Nusantara 2023 dan 1 buku Lomba Keris 2021 kegiatan virtual karena pandemi,” tuturnya.

Komitmen Kedaton Nusantara Jayakarta

Kedaton Nusantara Jayakarta berkomitmen menjaga dan menghidupkan warisan spiritual ini sebagai simbol pemersatu budaya Nusantara. Warisan tersebut bukan hanya memori kolektif, tetapi juga landasan nyata dalam membangun masa depan bangsa.(AL)